Minggu, 26 Mei 2013

Neraca Cinta


“Katakanlah: “Jika
bapak-bapak, anak-
anak, saudara-saudara,
... istri-istri, kaum
keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai
dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-
Nya, maka tunggulah
sampai Allah
mendatangkan
keputusan-Nya”. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik.”(QS.
Attaubah [9]: 24).
 
Tak ada seorang pun di
dunia ini yang dapat
hidup tanpa cinta. Hidup
tanpa cinta adalah
kehidupan semu yang
tidak bernilai. Hati yang kosong dari cinta adalah
hati yang beku dan
keras. Jasad yang hidup
tanpa cinta adalah jasad
yang hidup segan, mati
tak mau. Setiap manusia hidup dengan cinta.
Karena itulah manusia
yang kehilangan rasa
cinta biasanya akan
menjadi jasad yang mati
dan menderita depresi serta gangguan kejiwaan
karena ia telah
kehilangan gairah hidup. Karena itu, semakin besar
rasa cinta, semakin
bertambah nilai dan
detak kehidupan.
Semakin besar
keterikatan seseorang dengan cinta, maka detak
nadi kehidupannya pun
akan semakin bertambah. Melalui ayat di atas, Allah
SWT membuat permisalan
timbangan cinta. Cinta
kepada bapak, anak,
saudara, istri, keluarga,
harta kekayaan, perniagaan, dan tempat
tinggal diletakkan pada
piring timbangan
pertama. Kemudian, cinta
kepada Allah, Rasul-Nya,
dan jihad di jalan-Nya diletakkan pada piring
timbangan kedua. Jika
piring timbangan pertama
lebih diunggulkan dari
pada yang ke dua maka
kehancuran bakal menimpa.
 
Permisalan timbangan di
atas menunjukkan
perbandingan kekuatan
cinta (quwwatul
mahabbah). Karena itu,
Allah SWT tidak memerintahkan untuk
sekadar mencintai-Nya
begitu saja. Tetapi, Dia
menuntut hamba-Nya
agar lebih mencintai-Nya
dari pada yang lain. Sebab, “Di antara manusia
ada orang-orang yang
menyembah tandingan-
tandingan selain Allah;
mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang
beriman amat sangat
cintanya kepada Allah.
Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zhalim itu
mengetahui ketika
mereka melihat siksa
(pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan-
Nya (niscaya mereka
menyesal).” (QS
Albaqarah [2]: 165).
 
Oleh karena itu, mencintai
orang tua diwujudkan
dengan birrul walidain.
Mencintai anak
diwujudkan melalui kasih
sayang. Mencintai saudara diwujudkan melalui
kerjasama dalam
kebaikan. Mencintai istri
diwujudkan melalui
keteladanan. Mencintai
keluarga diwujudkan melalui jalinan silaturahim.
Mencintai harta
kekayaan, perniagaan,
dan tempat tinggal
diwujudkan sebagai
sarana peningkatan penghambaan kepada-
Nya. Wallahu a’lam


Posted By Muh Dachlan Fauzan

Shippers say a big thank you to those of you who have been willing to read the article that the author publish in this site. If there are criticisms and suggestions, please leave a comment on the bottom of the column so that the sender can show that really so interesting article for you to read.

Thank you very much


Comments
0 Comments

0 Responses So Far:

Posting Komentar